Quantcast
Channel: Nathalia DP
Viewing all articles
Browse latest Browse all 853

Derita Anak Sulung

$
0
0

Beberapa waktu yang lalu, suami menemani Jav bermain di taman komplek. Sepulangnya dari sana, suami cerita bahwa selain Jav ada juga anak-anak lain yang sedang bermain. Maklum, weekend. Nah di antara anak-anak lain tersebut ada sepasang kakak-adik yang juga sedang bermain sambil ditemani ayahnya. Namun ayahnya terlihat sibuk dengan ponselnya.

Tiba-tiba si adik terjatuh dan menangis. Coba tebak apa yang dilakukan ayahnya? Bukannya memperhatikan si adik, dia malah memukul dan memarahi kakaknya. Intinya sih, dia menyalahkan si kakak karena enggak becus menjaga adiknya. Padahal menurut suami saya, usia si kakak sepertinya enggak jauh berbeda dengan usia Jav. Berarti masih balita!

Duh, rasanya gemas sekali ketika saya mendengar cerita itu....

Memang enggak aneh sih apabila orangtua 'berharap' sangat besar pada si sulung. Biasanya si sulung selalu dibebani tanggung jawab yang lebih berat daripada si bungsu. Harus jadi panutan untuk adik-adiknya, harus mengalah kepada adik-adiknya, harus bisa menjaga adik-adiknya, dan lain-lain. Hal tersebut dianggap wajar. Saya sendiri memang banyak melihat di sekitar, bagaimana si sulung sering mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, hanya karena dia dilahirkan lebih dulu dari adiknya. Hmmm, padahal si sulung tetaplah seorang anak (bahkan mungkin balita) yang juga masih butuh perhatian dari orangtuanya :(

Saya memang belum memiliki pengalaman bagaimana cara mengasuh anak yang adil. Anak saja baru satu, hihihi.... Namun, saya sudah bertekad untuk lebih berhati-hati apabila nanti diberi amanah anak lebih dari satu. Di antaranya:
  • Memberikan perlakuan yang sama. Siapa pun yang berbuat salah, harus ditegur dengan cara yang baik. PR banget nih. Lah sekarang saja kadang saya masih suka kelepasan membentak Jav. Padahal membentak kan enggak baik untuk perkembangan anak :(
  • Ketika anak-anak bertengkar, jangan memihak siapa pun. Posisikan orangtua dalam posisi yang netral. Kadang saya perhatikan, apabila dibiarkan, anak-anak bisa kok menyelesaikan sendiri masalahnya. Apabila orangtua ikut campur dan membela salah satu anak, masalah mungkin bisa lebih cepat selesai. Namun akan menimbulkan rasa sakit hati pada anak yang lain. Jangan sampai deh, anak tumbuh menjadi pribadi yang pendiam, tertutup, dan enggak percaya diri karena pola asuh orangtua yang salah.
  • Ketika mereka bertengkar dan mengarah pada hal yang membahayakan, baru orangtua harus ikut melibatkan diri. Bukan untuk memberi solusi singkat, bahwa salah satu anak harus mengalah. Tapi untuk mengetahui apa penyebabnya, lalu setelah itu baru mencarikan solusi yang adil, baik bagi pihak yang benar, maupun bagi pihak yang salah.
  • Jangan beri beban pada salah satu anak untuk menjadi panutan, contoh, atau teladan bagi anak lain. Masa anak balita yang sedang aktif dan butuh menyalurkan energinya serta melatih motorik kasarnya, harus duduk manis menemani adiknya yang masih batita, misalnya. Beda usia, berbeda pula kebutuhannya. Kasihan dong, kalau dibatasi.
  • Hati memang enggak bisa dipaksakan. Mungkin ada saja sih kecenderungan kita lebih menyanyangi anak yang satu daripada anak yang lain. Namun jangan diperlihatkan. Kita enggak bisa mengatur hati, tapi masih bisa kan mengatur sikap. Tong nyirikeun teuing.

Berikut saya tuliskan kutipan dari novel keren 'Sabtu Bersama Bapak' yang terkait dengan anak sulung.
"Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan. Menjadi panutan bukan tugas anak sulung-kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orangtua-untuk semua anak."
(Sabtu Bersama Bapak, halaman 105)
Ketika orangtua memberikan waktu dan ruang untuk bersimpati dan berempati dengan si Sulung, anak sulung itu akan memiliki waktu dan ruang untuk bersimpati dan berempati pada adik-adiknya.
(Sabtu Bersama Bapak, halaman 208)

Viewing all articles
Browse latest Browse all 853

Trending Articles