Ada yang pernah merasa sakit hati karena seseorang?
Atau malah ada yang sedang merasa sakit hati?
Saya pernah merasakannya. Dada ini terasa sesak. Hati pun serasa diremas-remas. Berlebihan? Mungkin. Sebenarnya yang saya rasakan itu seharusnya sudah kedaluwarsa sejak bertahun-tahun yang lalu. Tapi karena terulang lagi, yang dulu pun jadi diingat-ingat lagi. Menumpuk dan menunggu waktu untuk meledak.
Beruntung, beberapa waktu yang lalu saya mengikuti pengajian ibu-ibu POMG di sekolah Jav yang rutin diadakan setiap bulan dan diisi oleh Teh Sasa Esa Agustiana (owner sekolahnya Jav, istrinya Pak Aam Amirudin). Temanya cocok sekali untuk keadaan saya kala itu, tentang memaafkan.
Perempuan itu, sudah kodratnya memiliki jiwa kasih sayang dan jiwa pemaaf. Tapi namanya manusia, ada saja ujiannya. Apalagi kalau sudah berumah tangga, cobaan ekonomi lah, fitnah lah, dan lain-lain. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun pernah marah kepada Aisyah karena menganggap bahwa istrinya tersebut telah melakukan perselingkuhan. Tentu saja, itu tidak benar, fitnah. Tapi Nabi Muhammad SAW juga manusia yang mempunyai perasaan cemburu dan sakit hati. Sehingga beliau pun marah dan mendiamkan Aisyah sampai sebulan lamanya. Hingga Allah SWT menunjukkan kebenaran kepadanya.
Ya, sakit hati memang manusiawi. Tetapi menyimpannya terus-menerus tentu buruk bagi kesehatan, baik kesehatan jiwa maupun kesehatan raga. Tentunya, bisa mengurangi kecantikan juga. Jadi lebih baik memaafkan sajalah.
Apakah dengan memaafkan, lantas kita tidak akan sakit hati? Sakit hati sih iya, tapi sebentar saja, sembuhnya insya Allah akan lebih cepat.
Bagaimana cara untuk menumbuhkan jiwa pemaaf? Begini nih katanya....
- Ingatlah sifat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Masa kita ciptaan-Nya, tidak?
- Jiwa pemaaf harus diusahakan, walaupun orang yang membuat kita sakit hati tidak meminta maaf.
- Serahkan rasa sakit hati kita pada Allah SWT. Kalau dia yang membuat sakit hati tidak mau meminta maaf, ikhlaskan saja, biar Allah SWT yang mengurusnya.
Apapun masalah kita, akan lebih mudah apabila Allah SWT yang meng-handle. Termasuk ketika mempunyai masalah dengan orang yang kita cintai. Coba bandingkan, ketika orang yang kita cintai (anak, suami, orang tua, atau sahabat) dan orang yang tidak dikenal mengecewakan kita, tentu akan lebih terasa sakit ketika dikecewakan oleh orang yang kita cintai. Sedih sih wajar, tapi jangan sampai sakit hati berlebihan. Karena sakit hati yang berlebihan menunjukkan bahwa kita mencintai mereka secara berlebihan, melebihi cinta kita kepada Allah SWT. Ups.... Lebih baik kita maafkan, doakan, dan titipkan mereka kepada Allah SWT.
Jiwa memaafkan melibatkan hati, lisan, dan amalan. Memaafkan bukan berarti melupakan. Secara lisan mungkin kita sudah memaafkan. Tetapi bagaimana ketika kita teringat lagi lalu kemudian sakit hati lagi? Segera istighfar, connect lagi dengan Allah SWT, sehingga kita mendapatkan energi kembali untuk memaafkan. Itulah yang membedakan orang munafik dan orang beriman.
Begitulah.... Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang sedang sakit hati juga :)