Quantcast
Channel: Nathalia DP
Viewing all articles
Browse latest Browse all 856

Saya, Angkot, dan Ridwan Kamil

$
0
0
Sumber: sebandung.com

Beberapa minggu yang lalu, media sosial sempat diramaikan oleh topik mengenai angkot 05 di Bandung. Bermula dari seorang penumpang yang mengaku dipukul oleh sopir angkot 05 ketika meminta uang kembalian. Semua orang akhirnya ikut mengeluhkan kelakuan sopir angkot 05 hingga #UsutTuntasAngkot05 pun menjadi trending topic di Twitter.

Saya? Hmmm, saya mah sudah kenyang mengalami kelelahan lahir batin berurusan dengan sopir angkot. Dulu, saya merupakan captive rider angkutan umum. Bukan angkot 05 sih. Tapi ya setiap hari, pasti ada saja pengalaman enggak mengenakkan dengan sopir angkot. Ngetem, ugal-ugalan, menurunkan penumpang di mana saja, memasang tarif seenaknya. Saling lempar dompet, eh bukan, saling lempar uang sama sopir angkot? Pernah. Berantem sama sopir angkot? Sering. Maklum, darah muda :)) Sayang, dulu saya belum terlalu akrab dengan media sosial. Jadi hanya bisa curhat di blog, plus memasukkan nomor polisi angkot tersebut ke daftar hitam angkot versi saya.

Memang sih, enggak semua sopir angkot seperti itu, hanya beberapa oknum saja yang tingkat menyebalkannya sangat parah. Sebagian lagi, sadar kok bahwa keberadaan mereka cukup mengganggu kelancaran lalu lintas. Tapi ya bagaimana lagi, kebutuhan hidup lah yang menyebabkan sikap mereka menjadi seperti itu. Kira-kira begitulah kesimpulan yang saya dapat ketika melakukan survei ke Terminal Kelapa dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Urbanisasi waktu kuliah dulu.

Untungnya nih, sejak Ridwan Kamil menjadi walikota, angkot-angkot menjadi lebih rapi. Selalu tersedia tempat sampah dan enggak ada lagi yang merokok di dalam angkot. Tapi, ngetem mah tetap saja. Tarif juga enggak jelas. Untungnya sekali-sekali saja saya harus menumpang angkot. Kalau tiap hari, bisa cepat tua tuh :D

Jadi, saya enggak akan banyak berkomentar tentang kejadian angkot 05 di atas. Karena pendapat saya mengenai solusi angkutan perkotaan yang dikelola oleh masyarakat sudah pernah ditulis dan dimuat di Koran Jakarta. Capek ah kalau harus mengomel terus tentang angkot.

Sebenarnya, tujuan saya menulis artikel ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya. Loh? Yup! Karena ketika menanggapi kejadian angkot 05 tersebut Ridwan Kamil sampai berkomentar untuk membekukan trayek angkot 05. Walaupun masih harus dikaji lagi, tapi saya sudah senang sekali.

Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang peduli pada kenyamanan penumpang angkot di Bandung...
Alhamdulillah, akhirnya ada juga walikota Bandung yang seide dengan saya...
Alhamdulillah, saya sudah memilih walikota Bandung yang bisa dipercaya...
Alhamdulillah, saya enggak perlu mencalonkan diri untuk menjadi walikota Bandung, hihihi...

Iya, saking kesalnya, dulu pernah tuh saya menulis, seandainya beberapa tahun lagi saya berhasil menjadi walikota Bandung, maka saya akan merombak sistem angkutan kota di Bandung. Pengelolaan dan penggajiannya diatur oleh pemerintah. Jadi sopir angkot enggak perlu setor ke pemilik angkot. Dan karena sudah memiliki gaji tetap, seharusnya sopir angkot membawa kendaraannya dengan gesit. Enggak ada lagi deh ceritanya angkot ngetem atau supir memasang tarif seenaknya. Tapi tetap sopan juga. Enggak sembarang orang bisa menjadi sopir karena enggak hanya harus lulus tes mengendarai mobil, namun juga harus lulus psikotest :D

Teman-teman setuju enggak? ;)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 856

Latest Images

Trending Articles