Quantcast
Channel: Nathalia DP
Viewing all articles
Browse latest Browse all 855

Ngomong Dong, Rashya [2]: Terapi Wicara?

$
0
0


Setelah mengetahui hasil diagnosis Gangguan Bahasa Ekspresif dari dr. Purboyo, rasanya saya enggak sabar ingin memulai terapi wicara untuk Rashya. Tapi harus sabar nih menanti jadwal periksa di Instalasi Rehabilitasi Medik RSHS tanggal 20 Maret 2019.

Makanya, sambil menunggu jadwal tersebut, saya mencari tahu tentang beberapa klinik tumbuh kembang yang ada di Bandung. Siapa tahu ada yang enggak perlu pakai antre. Nah, yang paling dekat dari rumah ada di RS Al-Islam. Tapi kenapa ya dr. Purboyo enggak mau memberi rujukan ke sana.

Karena penasaran, saya pun konsultasi sama kepala sekolah sekaligus psikolog di sekolah Jav. "Klinik tumbuh kembang di RS Al-Islam recomended enggak?" Beliau pun balik bertanya kepada saya, untuk siapa dan ada masalah apa. Ketika saya jawab untuk Rashya dengan diagnosis GBE, beliau menjawab, "Kan masih bayi? Masih otw atuh."

Selanjutnya beliau menyarankan saya untuk stimulasi di rumah saja dulu. Seperti diajak banyak bicara, diberi makanan bertekstur, minum dari sedotan, membuat gelembung sabun, meniup peluit, makan es krim, menjilat permen loli, sikat gigi, dan lain-lain. Banyak contohnya di internet dan beberapa memang sudah saya praktikkan. Pesan beliau, "Kalau bicara, pastikan dia lihat bibirmu."

Setelah konsultasi begitu, saya bisa menunggu jadwal periksa di Instalasi Rehabilitasi Medik RSHS dengan perasaan yang lebih tenang. Enggak terlalu panik lagi.

Sehari sebelum jadwal periksa, saya tiba-tiba merasa ingin menggunakan BPJS. Soalnya, sudahlah jauh, masa bayar sendiri pula. Akhirnya saya pun mendadak mengurus dokumen BPJS. Minta rujukan mulai dari dokter umum di Klinik Margasari (faskes tingkat 1) dan dokter anak di RSIA Humana Prima (faskes tingkat 2).

Ketika memberi surat rujukan, dr. Fiva mewanti-wanti kami agar lebih siap mental dan sabar mengantre karena memakai BPJS. Duh, betul juga ya, mana RSHS ini menjadi rumah sakit rujukan se-Jawa Barat. Jangan-jangan harus mengantre dari Subuh. Kami pun pasrah saja. Kalau masih bisa kebagian BPJS ya syukur, kalau enggak juga enggak apa-apa.

Tapi ternyata enggak perlu antre loh, Gaes.... Eh, ya antre juga sih. Kami baru sampai ke RSHS pukul setengah 9, soalnya mengantar Jav ke sekolah dulu kan, tapi cuma menunggu 3 nomor saja. Pendaftaran pun bisa kami lalui dengan cepat dan nyaman. Terharu banget deh. Mungkin karena sekarang di RSHS sudah ada sistem pendaftaran online ya, jadi enggak ada lagi antrean yang mengular.

Oiya, kali ini kami menggunakan motor supaya enggak pusing mencari tempat parkir mobil dan enggak perlu ada drama cabut pentil lagi, heuheu....


Yang lama itu justru menunggu pendaftaran di Instalasi Rehabilitasi Medik. Tempat tunggunya ramai, tempat duduk pun penuh. Kami harus menunggu sambil berdiri. Setelah daftar, kami harus menunggu lagi sebelum dipanggil. Untung kali ini tempatnya lebih nyaman. Di basement tapi terang dan luas.

Saat tiba giliran Rashya, kami pun diwawancara. Mulai dari kegiatan Rashya sehari-hari (sudah bisa apa saja, bagaimana cara berkomunikasi, bagaimana makannya), apakah punya kakak (berapa umurnya, sudah mandiri atau belum), bagaimana interaksi dengan lingkungannya (frekuensi, durasi, dan kegiatan bersama ayah, bunda, teman sebaya), dan lain-lain. Pokoknya banyak deh. Lumayan lama. Rashya sampai bosan dan akhirnya lari-lari di luar sama ayahnya, sementara saya melanjutkan sesi wawancara.

Setelah selesai wawancara dan menunggu sebentar, kami dipanggil lagi. Kesimpulannya, Rashya kan umurnya masih 19 bulan, laki-laki pula. Biasanya anak laki-laki memang cenderung terlambat bicara dibandingkan anak perempuan. Makannya juga lancar, serta enggak ada kelainan (tuli, hiperaktif, autis, dan lain-lain). Memang termasuk delay, tapi masih ringan, jadi belum perlu terapi wicara. 

Fiuh... Rasanya lega sekali mendengar kata-kata dokter tersebut. Alhamdulillah enggak perlu bolak-balik Ciwastra-RSHS untuk terapi wicara. PR dari dokter untuk saya lakukan di rumah ada tiga, yaitu:
  • Mengajarkan Rashya agar bisa mengetahui dan menunjukkan nama-nama anggota tubuh
  • Mengajarkan nama-nama benda melalui flash card
  • Memperbanyak sosialisasi dengan teman sebaya dan masukin ke daycare

Seandainya enggak ada perkembangan hingga umurnya 2 tahun, bisa kontrol lagi ke sana agar bisa dievaluasi kembali. Untuk keperluan tersebut, dokter memberi surat rujukan, yang mudah-mudahan enggak perlu sampai dipakai. Begitu....

Selanjutnya, Ngomong Dong, Rashya [3]: Daycare


Viewing all articles
Browse latest Browse all 855

Trending Articles