Saat silaturahmi Lebaran kemarin, mertua adik saya mengundang kami untuk menghadiri pernikahan anak ketiganya (adiknya adik ipar saya) di Bogor. Acaranya berlangsung hari Sabtu tanggal 6 Juli 2019. Setelah mendapat undangan tersebut, saya dan orang tua langsung berencana untuk melakukan perjalanan ke Bogor menggunakan kendaraan pribadi. Sudah terbayang sih bagaimana macetnya. Namun enggak terlalu kamu hiraukan. Yang penting bisa sekalian main dan kulineran, hohoho.... Apalagi Jav juga masih libur sekolah kan.
Kami pun mulai menyusun detail perjalanan ke Bogor. Berangkat dari Bandung hari Jumat pagi, lanjut main dan kulineran. Terus suami yang masih ada di Jakarta menyusul ke hotel malam harinya. Hari Sabtu menghadiri undangan pernikahan dan langsung pulang ke Bandung, supaya hari Minggunya bisa istirahat dulu sebelum kembali ke rutinitas di hari Senin. Begitu....
Tapi, saya sempat pesimis enggak jadi ikut ke Bogor karena seminggu sebelumnya Rashya tiba-tiba demam. Hari keempat demamnya sudah turun, tapi malah dilanjut diare, huhuhu.... Kasihan kan kalau diajak bepergian. Kata dokter, Rashya mengalami infeksi saluran pencernaan ringan.
Hari Kamis, BAB-nya belum kembali normal, tapi alhamdulillah sudah jauh lebih baik. Akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut ke Bogor, sambil berdoa semoga kondisi Rashya terus membaik.
Rute perjalanan yang kami tempuh untuk berangkat ke Bogor yaitu melalui jalur Puncak. Soalnya kami ingin sarapan bubur di Cianjur dan main dulu di Puncak. Biar sekalian gitu, mumpung ke Bogor. Soalnya kalau sengaja ke Puncak, sudah malas duluan membayangkan macetnya.
Sesuai rencana, kami berangkat pukul setengah 7 pagi dan tiba di Cianjur pukul setengah 9 pagi. Kami pun berhenti di salah satu lapak yang menjual bubur khas Cianjur. Sama seperti bubur ayam pada umumnya, bubur Cianjur ini diberi taburan ayam suwir, kacang kedelai goreng, kerupuk, serta seledri dan bawang goreng (kalau suka, saya mah enggak suka, hehe...). Yang membedakannya dengan bubur ayam lain adalah bubur khas Cianjur ini disiram kuah pais (pepes), yaitu kuah kuning yang dibuat dari bumbu yang biasa digunakan untuk membuat pepes. Dan sebagai pelengkap, bisa ditambah sate ati ampela atau sate usus. Yummy....
Setelah puas, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Namun enggak lupa, berhenti dulu di daerah Ciranjang untuk membeli dorokdok (kerupuk kulit). Biasanya titip sama adik kalau dia pulang dari Sukabumi. Namanya kerupuk kulit Qinara. Tampilannya bersih, rasanya gurih, serta hampos (enggak bantat dan keras). Sebagian untuk dimakan di jalan, sebagian lagi untuk stok di rumah, hohoho....
Hari itu Puncak sudah mulai ramai, kami juga sempat kena macet, tapi sebentar saja. Kami pun mampir dulu ke Cimory River Side. Sudah lama penasaran sama tempat ini. Tetapi karena masih kenyang, kami enggak makan di sana. Cuma main di Cimory Forest Walk dan Monster Aquarium. Alhamdulillah meski singkat dan sedikit gerimis, anak-anak happy bisa jalan-jalan dan melihat hewan-hewan (meski ternyata hewannya sedikit banget, enggak seperti di brosur).
Kemudian setibanya di Bogor, kami langsung check-in ke hotel di daerah Baranangsiang. Saya memilih hotel tersebut karena lokasinya yang cukup strategis dan dekat dengan rumah mertua adik. Setelah istirahat sebentar, kami sempat belanja ke toko sepatu dan tas di Tajur, serta mengunjungi rumah mertua adik (rumah calon pengantin).
Wisata kulinernya baru lanjut lagi keesokan harinya. Saya ingin makan soto mie. Akhirnya kami pun sarapan di Soto Mie Bogor Pak Kumis. Sepertinya cukup terkenal. Kami juga sudah beberapa kali makan di sini. Rasanya memang lezat, gurih dan segar. Lumpia gorengnya kriuk-kriuk, perkedel kentangnya juga enak. Ditambah sambal, perasan jeruk nipis, dan kerupuk rambak jadi semakin mantap.
Terakhir, kulineran kami saat road trip tersebut ditutup dengan membeli roti unyil. Ibu saya ingin membawa oleh-oleh untuk teman-teman senamnya. Sedangkan saya, oleh-oleh untuk diri sendiri saja, hihihi.... Jadi setelah selesai dari acara undangan, sebelum masuk tol, kami pun mampir dulu ke Roti Unyil Venus yang saat itu sedang ramai banget.
Untuk perjalanan pulang, kami menggunakan rute yang berbeda, yaitu melalui tol Jagorawi-Jakarta-Cipularang. Karena ada pembangunan jalan tol layang, 50 km pertama pun macet parah. Masuk gerbang tol Bogor pukul setengah 3 siang, sampai di Bandung pukul setengah 10 malam, fiuh....
Ya alhamdulillah, yang penting selamat, Rashya juga aman. Sebenarnya, ini bukan road trip pertama Rashya. Akhir tahun 2018 kemarin, kami pernah mengajak Rashya ke Sukabumi. Tapi road trip kali ini agak deg-degan karena Rashya masih dalam masa pemulihan dari sakitnya. Sempat rewel, tapi untungnya bisa teratasi. Nah, berikut tips bepergian bersama batita ala saya saat road trip ke Puncak - Bogor kemarin.
Membawa obat-obatan. Yaitu minyak angin, aromatherapy spray, dan obat demam. Berhubung Rashya sedang dalam masa pemulihan diare, jadi membawa probiotik juga.
Menyiapkan perlengkapan di tempat yang mudah dijangkau. Seperti popok, changing pad, tisu, dan pakaian ganti. Oiya, jangan lupa hand sanitizer dan toilet sanitizer juga.
Membawa bekal. Meski ada rencana untuk kulineran, saya selalu membawa bekal makanan. Siapa tahu tiba-tiba macet atau apa kan kasihan kalau perutnya kosong dan lapar. Makanya jam 7 pagi, sebelum ngebubur Cianjur, Rashya (dan semua anggota keluarga) sudah sarapan nasi goreng di mobil, hohoho....
Menyiapkan wadah makan kosong. Namanya anak-anak, kadang pas waktunya makan malah malas makan. Padahal sedang bepergian begini waktunya terbatas kan. Seperti ketika kami berkunjung ke rumah mertua adik, Rashya malah sibuk lari-lari sama sepupunya. Daripada Rashya enggak makan, makanannya dibekal saja untuk dimakan pas anaknya mau (di hotel). Jadi enggak repot lagi harus mencari makanan hanya untuk Rashya.
Menggunakan aplikasi navigasi GPS dan lalu lintas. Dengan begitu, perjalanan bisa lebih efisien. Seperti kemarin, kami bisa memangkas waktu perjalanan ketika mulai macet di Puncak karena melalui jalan pintas yang diarahkan oleh aplikasi tersebut.
Membawa gendongan. Rashya memang sudah besar dan suka lari-lari. Tapi kadang ada saat ketika saya merasa dia akan lebih aman dan nyaman apabila digendong, misalnya di tempat yang ramai seperti di Cimory River Side. Kalau pakai gendongan, enggak perlu khawatir pegal.
Menyiapkan mental dan menurunkan ekspektasi. Kalau Rashya enggak mau makan, enggak perlu stres asalkan ada camilan yang sudah masuk. Pas masuk toko tas dan sepatu, eh pas Rashya rewel, sabar saja enggak perlu bete, berarti penghematan, hihihi.... Begitu juga saat macet di jalan tol, rasanya kepingin banget cepat-cepat sampai rumah, tapi perlu beberapa kali berhenti di rest area supaya Rashya enggak bosan. Soalnya sudah dibawain macam-macam mainan (die cast, busy cube, sound book, dan lain-lain) pun enggak disentuh tuh, huhuhu....
Booking hotel secara online. Awalnya orang tua saya menganjurkan agar kami mencari hotel mendadak saja pas sudah sampai di Puncak - Bogor. Tapi karena menjelang weekend, saya khawatir kami akan kehabisan kamar. Repot kalau harus mencari dulu, kasihan Rashya. Buang-buang waktu dan energi juga kan.
Namun karena Rashya sakit, saya selalu gagal mencari hotel. Tahu lah ya bagaimana kalau batita sedang sakit, nempel terus sama ibunya. Awalnya, saya buka Traveloka dan bingung. Mau booking hotel di Puncak Bogor supaya banyak tempat mainnya atau booking hotel di Kota Bogor supaya dekat dengan lokasi undangan. Berdasarkan pertimbangan kondisi Rashya yang belum terlalu fit, kami pun memutuskan untuk booking hotel di Kota Bogor saja. Tapi setelah itu masih gagal booking juga karena saya harus menunggu waktu malam hari agar Rashyanya tidur pulas. Soalnya kalau sudah booking, harus segera dibayar kan. Sayangnya, pas Rashya tidur, sayanya malah ketiduran, hahaha....
Akhirnya, saya baru berhasil booking hotel sehari sebelum berangkat. Meski sederhana, namun hotel yang kami pilih memiliki lokasi yang strategis dan fasilitas yang cukup. Sayangnya, Jav kecewa karena enggak ada kolam renang. Gara-gara telat booking, hotel incaran yang ada kolam renangnya keburu penuh.
Padahal, di Traveloka itu ada fitur yang membuat booking hotel menjadi lebih nyaman dan fleksibel loh, namanya Pay at Hotel. Saya baru ngeuh sekarang, heuheu.... Dengan fitur ini, saya bisa 'mengamankan' kamar di hotel incaran tanpa perlu terburu-buru bayar. Asyik kan. Selain itu, Traveloka juga memiliki fitur keren lain seperti Easy Reschedule, Last Minute Hotel, dan Hotel Near Me.
Di era digital ini, Traveloka juga menyediakan metode pembayaran cashless nih. Teman-teman bisa menggunakan saldo Uangku, kartu kredit, atau kartu debit, serta cicilan online yaitu Traveloka PayLater. Berikut beberapa keuntungan menggunakan metode pembayaran cashless di Traveloka.
- Keamanan bertransaksi. Traveloka bekerja sama dengan penyedia jasa pembayaran resmi dan melindungi setiap transaksi akun TravelokaPay dengan kode verifikasi.
- Pembayaran bebas repot. Enggak perlu mengisi formulir yang panjang atau menunggu verifikasi pembayaran yang lama. Teman-teman dapat membayar secara instan kapan pun dan di mana pun.
- Pengendalian keuangan. Enggak perlu khawatir dengan uang yang keluar dan uang yang masuk karena riwayat transaksi bisa dilacak dengan mudah.
Oiya, apabila menggunakan Traveloka PayLater, teman-teman bisa liburan dan membayarnya dengan cara dicicil loh, meski enggak mempunyai kartu kredit. Proses pendaftarannya cepat dan mudah. Serta enggak ada biaya tambahan, seperti biaya tahunan dan uang muka.
Teman-teman enggak perlu khawatir akan keamanan datanya, karena Traveloka melindungi semua data pribadi penggunanya kok. Dalam hal penagihan pun, Traveloka PayLater memiliki cara kerja yang beretika. Apalagi sudah didukung pula oleh Danamas sebagai mitra resmi yang terdaftar dan pertama kali memiliki izin beroperasi dari OJK.
Hmmm, dengan kemudahan yang diberikan Traveloka, jadi kepingin jalan-jalan lagi nih. Road trip ke mana ya, hihihi....