![]() |
Bandara Djalaluddin Gorontalo (Sumber: http://rri.co.id) |
Beberapa waktu yang lalu, saya bersama teman-teman melakukan perjalanan ke Buol. Perjalanan untuk urusan pekerjaan sih. Namun bagi saya, ini bukan perjalanan biasa. Saya sangat antusias karena untuk menuju ke Buol, kami menggunakan rute melalui Gorontalo. Yeay!
Dulu sewaktu saya masih kecil, keluarga kami pernah tinggal selama satu tahun di Gorontalo saat ayah saya dinas di sana. Makanya senang sekali bisa mengunjungi lagi kota tersebut, setelah puluhan tahun berlalu.
Ketika itu kami berangkat dari Jakarta menuju Gorontalo menggunakan pesawat Lion Air dengan jadwal penerbangan pukul 5 pagi. Berhubung tinggal di Bandung, maka kami harus sudah mulai jalan ke Bandara Soekarno Hatta sejak pukul 12 malam. Sebenarnya bisa sih terbang langsung dari Bandung ke Gorontalo. Tapi karena lebih hemat, kami memilih untuk terbang dari Jakarta saja.
Alhamdulillah, meski sempat ada drama harus keliling Bandung dulu karena laptop yang tertinggal, kami bisa tiba di bandara tepat waktu. Saya juga memiliki waktu yang cukup untuk salat Subuh dulu di musala bandara.
Di bandara, kami bergabung dengan seorang rekan kerja yang berasal dari Jepang. Hari itu kami menikmati cuaca yang cerah dan perjalanan udara yang lancar. Saya sih memanfaatkan waktu luang tersebut dengan membaca novel yang sudah disiapkan sejak dari rumah. Sempat transit sebentar di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Hingga akhirnya tiba di Bandara Djalaluddin Gorontalo sekitar pukul 10 pagi waktu setempat.
Beberapa saat sebelum mendarat, dari atas saya bisa melihat hamparan sawah dan lahan kosong di sekitar Bandara Djalaluddin. Pemandangan yang jauh berbeda dibandingkan dengan pemandangan di sekitar Bandara Soekarno Hatta.
Setibanya di bandara, sudah ada supir yang menunggu dan siap mengantar kami selama berada di Gorontalo dan Buol. Rencananya, kami akan menghabiskan waktu 2 hari di Gorontalo dan 5 hari di Buol. Supir tersebut langsung membawa kami ke hotel di Gorontalo yang sudah dipesan sebelumnya, yaitu Grand Q Hotel. Lama perjalanan dari bandara ke hotel yaitu sekitar 45 menit.
Baru keesokan harinya kami berangkat ke Buol melalui jalur Trans Sulawesi. Lama perjalanan tersebut yaitu sekitar 8 jam. Medannya seru. Berkelok mengitari pegunungan dan menyusuri pantai. Kondisi jalannya mulus, namun ada juga yang masih berupa tanah berbatu di beberapa bagian, serasa offroad, hihihi....
![]() |
Grand Q Hotel Gorontalo (Sumber: https://www.pegipegi.com) |
![]() |
Pantai di jalur Trans Sulawesi |
Hal paling menarik yang kami jumpai selama perjalanan tersebut adalah bahwa jalan yang kami lalui memiliki fungsi lain juga sebagai toilet umumnya sapi. Yup, di beberapa spot, kami menemukan rombongan sapi dan kotorannya, heuheu.... Rupanya di sana, hewan ternak memang dibiarkan bebas.
Menikmati Pemandangan Indah di Pelabuhan Leok
Di Buol, kami menginap di M3 Hotel. Banyak tempat wisata menarik di sini. Meski waktunya terbatas, kami sempat mengunjungi Pelabuhan Leok. Pelabuhan Leok merupakan salah satu pelabuhan yang berada di Buol. Pelabuhan ini memiliki pemandangan yang menyejukan mata.
![]() |
Pelabuhan Leok |
Di sini, kami dapat menikmati pemandangan lautan dan pegunungan ditemani angin pantai yang sejuk. Sayang, ketika itu kami ke sana pada waktu yang kurang tepat, sehinggga enggak bisa menyaksikan indahnya sunrise di pagi hari dan ramainya pantai di sore hari. Menurut supir yang mengantar kami, Pelabuhan Leok menjadi tempat wisata favorit bagi para anak muda Buol loh.
Pesta Seafood
Saat berada di Buol, kami makan dengan menu seadanya saja. Tapi setelah kembali ke Gorontalo, kami memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikmati seafood. Gorontalo memang terkenal dengan hidangan lautnya. Makanya mumpung sedang ada di sana, kecuali saat sarapan di hotel, kami selalu makan dengan menu seafood karena di depan hotel tempat kami menginap pun ada warung makan seafood.
Nah, hari terakhir di Gorontalo, kami makan malam di sebuah restoran seafood yang berada di pinggir pantai. Namanya yaitu RM Brazil. Kami ke sana berdasarkan rekomendasi dari supir kami. Nikmat banget makan di sana. Ada berbagai macam olahan ikan kakap, baronang, goropa, bobara, dan lain-lain. Yang pasti rasanya enak. Apalagi dilengkapi dengan kuah asam yang segar dan dabu-dabu yang pedas.
Kuliner Gorontalo memang mirip dengan kuliner Manado yang bercita rasa pedas. Rasanya surga banget bagi pecinta seafood dan makanan pedas seperti saya. Sampai menambah nasi berkali-kali, hihihi.... Berbeda dengan rekan kami dari Jepang yang lebih memilih makan di hotel saja karena enggak cocok dengan makanan lokal yang spicy dan pedas.
Meski berada di pinggir pantai, saya enggak bisa menikmati pemandangan di sekitar. Sudahlah memang gelap, ditambah lagi mungkin saya rabun senja juga, hihihi.... Saya hanya bisa mendengar suara debur ombak dan melihat kerlap-kerlip lampu di kejauhan. Sayangnya, walau sudah mengenakan jaket, keesokan harinya saya langsung merasa enggak enak badan. Enggak kuat dengan angin pantai di malam hari, heuheu....
Berburu Oleh-Oleh Khas Gorontalo
Sebelum kembali ke Bandung, kami meluangkan sedikit waktu untuk berburu oleh-oleh. Saya sendiri memang sudah berniat untuk mencari kain karawang dan kue karawang. Kain karawang merupakan kerajinan khas tradisional Gorontalo. Berupa sulaman cantik yang bisa diaplikasikan pada pakaian, kipas, sapu tangan, dan lain-lain. Berhubung harganya lumayan mahal, saya hanya membeli kerudung untuk ibu dan ibu mertua, serta kipas untuk adik dan adik ipar.
Sama seperti kain karawang, kue karawang juga memiliki motif cantik pada permukaannya. Ini nih yang paling saya rindukan dari Gorontalo. Kue ini terbuat dari campuran tepung terigu, telur, mentega, susu, gula, maizena, dan vanili. Setelah dicetak dan dipanggang, kemudian didinginkan dan dilukis dengan krim.
Kue karawang (Sumber: http://kuekerawang.blogspot.com) |
Selanjutnya kami kembali Bandung menggunakan rute yang sama. Dari Gorontalo menggunakan pesawat menuju Jakarta, diteruskan dengan perjalanan darat dari Jakarta ke Bandung. Namun kali ini saya mendapatkan pengalaman yang berbeda di bandara.
Saat menunggu kadatangan Lion Air yang akan membawa kami ke Jakarta, kami duduk di ruang tunggu Bandara Djalaluddin yang luas di depan jendela besar. Jendela tersebut langsung menghadap ke apron dan runway bandara. Dengan pemandangan asyik seperti itu, kegiatan menunggu menjadi enggak terlalu membosankan.
Begitu cerita singkat saya saat melakukan perjalanan ke Gorontalo. Apakah saya sudah puas? Tentu saja enggak. Karena saya belum sempat naik bentor dan berfoto di depan Monumen Nani Wartabone. Saya ingat, dulu setiap melewati monumen pahlawan Gorontalo ini, ibu saya pasti bilang, "Kalau makan jangan diemut, nanti dimarahin patung itu." Ada-ada saja, heuheu....
![]() |
Monumen Nani Wartabone (Sumber: https://www.inspirock.com) |
![]() |
Pulo Cinta (Sumber: https://www.pegipegi.com) |
Pegipegi merupakan layanan reservasi online untuk hotel, tiket pesawat, dan tiket kereta api. Saat ini Pegipegi sudah terhubung langsung dengan lebih dari 7.000 pilihan hotel, memiliki lebih dari 20.000 rute penerbangan, serta lebih dari 1.600 rute kereta api dan Kereta Api Bandara (Railink) yang dapat dibooking baik melalui website maupun aplikasi mobile Pegipegi.
Berikut beberapa keunggulan apabila memesan tiket pesawat di Pegipegi.
![]() |
Tampilan website Pegipegi |
Berikut beberapa keunggulan apabila memesan tiket pesawat di Pegipegi.
- Proses pemesanan mudah. Untuk memesan tiket pesawat, caranya yaitu isi formulir pencarian. Kemudian pilih penerbangan. Untuk memudahkan dalam memilih, alternatif penerbangan bisa disortir berdasarkan harga, waktu keberangkatan, waktu tiba, atau durasi perjalanan. Tinggal pilih sesuai preferensi masing-masing. Selanjutnya isi formulir data pemesan dan identitas penumpang. Lalu terakhir, pilih metode pembayaran. Beres deh.
- Memberikan berbagai promo menarik. Apabila ingin mendapatkan promo eksklusif, sebaiknya memesan melalui aplikasi mobile.
- Menyediakan berbagai metode pembayaran. Mulai dari transfer bank, kartu kredit, hingga pembayaran di swalayan.
- Customer service dengan pelayanan profesional. Untuk menghubungi customer service, bisa melalui telepon, email, live chat, atau media sosial.
So, tunggu apa lagi? Yuk, segera pesan tiket pesawat ke Gorontalo melalui Pegipegi. Saya titip kue karawang ya, hehehe....