Quantcast
Channel: Nathalia DP
Viewing all articles
Browse latest Browse all 856

MOS: Perlu, Enggak?

$
0
0
mos

Beberapa hari ini topik mengenai MOS (Masa Orientasi Siswa) sedang hangat ya. Keberadaannya menuai pro dan kontra. Awalnya sih saya enggak mau ikut komentar. Tapi karena melihat gerakan #AntiMOS di Twitter, saya jadi gatal juga ingin turut mengungkapkan pendapat. Soalnya alasan gerakan tersebut karena ada ibu-ibu yang berantem berebut di supermarket, orang tua yang terserang stroke ringan, orang tua yang meninggalkan pekerjaan, dan lain-lain karena anaknya mengikuti MOS :(

Sebagai mantan siswa dan mahasiswa yang pernah merasakan ospek (namanya MOS waktu di SMP dan SMA serta OSKM dan MPAB waktu di kampus), saya tidak setuju dengan gerakan #AntiMOS. MOS itu seru loh. Ini alasannya.

1. Sarana untuk mengenal lingkungan sekolah. 
Selain mengenal guru dan fasilitas sekolah, kita juga bisa mengintip kegiatan asyik (ekstrakurikuler) yang dapat diikuti selama sekolah di tempat tersebut. Waktu SMP dan SMA sih namanya demo, kalau waktu kuliah namanya OHU (Open House Unit). Seneng nontonnya. Terus, kalau di kampus biasanya ada pengenalan lingkungan di sekitar (melalui bakti sosial) dan pengenalan profesi, bahkan ada praktiknya juga.

2. Melatih kreativitas dan kekompakan.
Tugas-tugas 'ajaib' yang dipermasalahkan dalam status Twitter tadi kan diberikan untuk siswa baru, kenapa malah jadi orang tua yang ikut repot. Biarkan sajalah anak-anak yang berpikir, orang tua cukup membantu seperlunya saja. Pengalaman MOS waktu SMP sih saya sudah enggak ingat. Tapi kalau waktu SMA, saya masih ingat. Jadi, ketika pulang dan sudah mendapatkan daftar barang yang harus dibawa untuk keesokan harinya, kami enggak langsung pulang, tapi berinisiatif untuk berkumpul dulu di warung dekat sekolah. Kami memikirkan bersama solusi dari tugas-tugas 'ajaib' itu. Setelahnya, mau mencari bareng-bareng boleh, mau mencari masing-masing juga silakan. Kalau waktu kuliah sih, setiap kelompok memang dianjurkan memiliki basecamp. Jadi tugasnya bisa diselesaikan bersama-sama. Enggak ada deh ceritanya merepotkan orang tua.

3. Mengenal kakak kelas.
Ketika MOS, biasanya kita harus melengkapi buku yang berisi mengenai data kakak kelas dan tanda tangannya. Kenal dengan kakak kelas itu enggak rugi loh, malah bisa sekalian ngeceng juga kan, hehehe....

4.Melatih kedisiplinan.
Orang Indonesia terkenal dengan sikapnya yang santai dan kebiasaannya datang terlambat. Kalau mau maju, dua hal tersebut harus dihilangkan. Jadi, kalau kakak kelas marah dan menghukum siswa baru yang datang terlambat atau melanggar aturan, selama masih masuk akal dan enggak berlebihan, jangan disebut kejam ya.

5. Menjadi kenangan manis yang tidak akan terlupakan.
Harus memakai atribut aneh sambil menari-nari di depan kakak kelas, mungkin bagi sebagian orang (termasuk Pak Anies Baswedan) dianggap sebagai pelecehan. Tapi bagi saya sih, dikerjain sedikit oleh kakak kelas mah jangan dimasukkan ke hati. Malah saya yang pemalu ini bisa jadi enggak tahu malu lebih percaya diri karena 'dipaksa' untuk berani tampil.

6. Melatih kekuatan fisik.
Mungkin untuk tingkat SMP dan SMA, belum terlalu diperlukan. Tapi untuk yang kuliah, apalagi di jurusan teknik, latihan fisik itu perlu banget. Catat ya, latihan fisik yang diberikan secara bertahap dan terarah oleh Danlap (Komandan Lapangan), bukan kekerasan fisik seperti tampar-tamparan dan tendang-tendangan yang dilakukan secara personal.

7. Melatih kekuatan mental.
Di jurusan saya, selain panitia ada swasta juga. Kalau panitia itu kakak kelas yang angkatannya sampai dua tahun di atas kita, kalau swasta yaitu kakak kelas yang angkatannya tiga tahun atau lebih di atas kita. Swasta memang lebih resek daripada panitia, pernah tuh sengaja mengomel dan berdiri di depan saya. Karena menghalangi, sementara Danlap meminta barisan untuk maju, ya saya tabrak saja swastanya, hahaha.... Sudah bisa ditebak, sejak kejadian itu saya dijadikan bulan-bulanan oleh para swasta (ospek di jurusan kan setahun). Nama saya jadi terkenal karena sering disebut. Trauma? Enggak. Santai saja lah, toh mereka enggak akan main fisik. Omelan mah anggap angin lalu saja, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, hohoho....

Makanya, saya sih enggak setuju kalau MOS dihapuskan. Well, lain dulu, lain sekarang. Mungkin zaman sekarang tugasnya memang memberatkan dan terlalu berlebihan. Tapi ya cukup ditertibkan saja, sistem dan peraturannya diperbaiki, jangan sampai dihilangkan. Kasihan loh kalau anak-anak sekarang enggak merasakan MOS.

Karena percayalah wahai adik-adikku....
Mengerjakan tugas MOS sampai pagi selama tiga hari, belum seberapa melelahkan dibandingkan dengan begadang karena mengerjakan tugas kuliah selama berminggu-minggu.... 
Berbaris di lapangan di bawah terik matahari, belum seberapa menyiksa dibandingkan dengan berjalan kaki seharian melakukan survei infrastruktur untuk tugas studio.... 
Keharusan menggunakan atribut aneh  belum seberapa menyakitkan dibandingkan dengan mulut setajam silet milik dosen killer....
Omelan kakak kelas yang berpotensi menjadi polusi suara, belum seberapa menyebalkan dibandingkan dengan mengurus surat survei yang dipersulit di instansi pemerintahan....
Dan terakhir, MOS yang isinya hanya pemberian materi di dalam ruangan itu membosankan :D

So, nikmatilah MOS wahai adik-adikku....

Untuk para orang tua, yuk biarkan anak kita belajar menghadapi tantangan. Awasi dan bantu seperlunya. Tapi kalau memang ada praktik yang menjurus pada perpeloncoan, pelecehan, dan kekerasan, langsung saja laporkan ke mopd.kemdikbud.go.id ;)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 856

Trending Articles