Awal tahun ajaran baru di sekolah Jav kemarin, dibentuk juga pengurus POM dan koordinator kelas (korlas) yang baru. Ketika ada yang menunjuk saya untuk menjadi korlas di kelas Jav, tentu saja saya langsung menolak.
Pembawaan saya yang introvert, jelas enggak cocok dengan job description korlas yang menurut saya harus gesit dan supel. Menjadi korlas berarti harus mempunyai jiwa pemimpin dan pintar berbicara supaya bisa merangkul orang tua lain agar mau berpartisipasi menyukseskan kegiatan anak-anak di sekolah. Bukan saya banget. Untungnya ada orang tua lain yang bersedia untuk menjadi korlas di kelas Jav.
Tapi ternyata, saya malah direkomendasikan oleh ibu kepala sekolah untuk menjadi sekretaris POM. Akhirnya semua ikut menunjuk saya. Kata mereka, "Jadi sekretaris kan enggak perlu banyak omong." Hmmm, iya juga sih. Sejak masih sekolah, saya memang sering diamanahi tugas sebagai sektetaris. Mulai dari ekskul di sekolah, panitia tujuhbelasan di komplek, himpunan di kampus, panitia khusus di tempat kerja, dan lain-lain.
Enggak pernah tuh saya ditunjuk menjadi ketua seksi acara, ketua seksi dana usaha, ketua seksi hubungan masyarakat, apalagi ketua umum, hihihi.... Kalau bukan menjadi sekretaris, pasti bendahara. Seperti sekarang, ditunjuk ibu RT untuk memegang kas sosial di komplek. Mungkin karena pertimbangan itu tadi ya.
Berhubung diminta langsung oleh ibu kepala sekolah, saya pun menyanggupi. Rupanya saya dipilih menjadi sekretaris karena beliau tahu kalau saya ini blogger. Aih.... Jadi, tugas sekretaris di kepengurusan POM ini bukan membuat notula atau surat, tetapi mengerjakan buletin. Beliau ingin tulisan-tulisan saya tentang parenting dibaca juga oleh orang tua lain. Oh, gampang lah kalau begitu, tinggal copy paste saja dari blog, hehehe....
Namun, kenyataannya enggak semudah itu. Di buletin yang baru ini, ibu kepala sekolah ingin membuat layout dan isi buletin yang lebih menarik dari buletin di kepengurusan sebelumnya. Ibu ketua POM juga ingin menambahkan flyer yang memuat produk orang tua, supaya bisa memajukan bisnis para bunda sekaligus menambah pemasukan bagi kas POM juga.
Setelah tiga bulan ini mengerjakan buletin yang terbit satu bulan sekali, rasanya sih menyenangkan. Alhamdulillah sudah ada beberapa orang tua yang menyumbangkan tulisannya. Kan enggak asyik kalau isi buletinnya tulisan saya semua. Setelah bahannya terkumpul, kegiatan selanjutnya yaitu mengedit artikel yang masuk agar tulisannya sesuai dengan EBI tanpa mengubah gaya bahasa penulis serta membuat layout yang simpel tapi cantik. Ternyata asyik juga.
Hanya saja ada satu hal yang enggak asyik, yaitu mengedit artikel supaya tulisannya bisa muat di tempat yang terbatas. Saya yang biasanya selama ini cuma kirim-kirim artikel ke media cetak dan agak sakit hati kalau tulisannya dipotong, akhirnya merasakan juga pusingnya jadi redaktur, hehehe....
Selain itu, bulan ini, berkat mengurus buletin, saya mendapatkan pengetahuan baru. Tentang ukuran kertas. Jadi biasanya saya membuat buletin dengan ukuran kertas A4. Kemudian ada yang memberi masukan, supaya lahan tulisannya bisa menjadi lebih luas, ganti saja ukuran kertasnya menjadi Folio.
So, bulan ini saya mencobanya. Tapi kok di Microsoft Publishernya enggak ada ukuran kertas Folio. Maka saya pun memilih ukuran kertas Legal. Wuih mantap. Tapi setelah dicetak pada kertas Folio, hasilnya malah terpotong. Semuanya, berlembar-lembar. Padahal saya sudah bilang ke Aa yang nge-print kalau dokumen saya ini ukuran kertasnya Legal. Huh! Saya memutuskan untuk mencetaknya di 'kantor' saja.
Setelah sampai di 'kantor', saya langsung mengecek ukuran kertas Folio yang ada di sana. Ternyata ukuran kertas Folio (F4) berbeda dengan ukuran kertas Legal. Lebarnya sih sama, tapi panjangnya ada selisih 1 inci. Ya ampun saya baru tahu loh, heuheu.... Dimaklum lah ya, namanya juga emak-emak. Si Aa di tempat nge-print tuh, urusan kertas dan printer kan pekerjaannya sehari-hari. Main print banyak saja. Masa dia enggak tahu kalau ukuran kertas Legal dan Folio itu berbeda. Ckckck.... Saya kan jadi rugi.
Nah, sekarang kembali lagi ke awal, kok di Microsoft Publisher enggak ada pilihan ukuran kertas F4? Setelah browsing, rupanya kertas berukuran F4 itu hanya ada di Indonesia. Kenapa ya? Makanya di Microsoft Publisher (atau aplikasi lainnya) dan printer enggak ada tuh pilihannya. Jadi solusinya, kalau mau menggunakan kertas ukuran F4, ukuran kertas pada aplikasi dan printer-nya ya diatur custom. Oh....
Atau jangan-jangan cuma saya saja yang baru tahu?