Quantcast
Channel: Nathalia DP
Viewing all articles
Browse latest Browse all 854

Kuret di RSIA Humana Prima

$
0
0
Lanjutan cerita blighted ovum kemarin nih....

Jadi ketika sudah divonis blighted ovum oleh dokter Mulya di KIA Harapan Bunda, saya langsung mencari informasi BPJS untuk kuret. Ribet? Ternyata enggak. Ya, saya memang harus ke Puskesmas (fasilitas kesehatan tingkat I) dulu untuk meminta surat rujukan. Tapi mudah kok. Saya hanya menunjukkan foto USG dari KIA Harapan Bunda, kemudian bidan di Puskesmas pun langsung memberikan surat rujukan ke RS Al-Islam (fasilitas kesehatan tingkat II) sesuai permintaan saya.

Setelah itu saya daftar ke Al-Islam melalui telepon. Ternyata dokter kandungan perempuan yang praktik esok harinya sedang cuti. Jadi saya daftar untuk lusa. Tapi karena dirasa terlalu lama, kami langsung datang ke RS Al-Islam hari itu juga.

Rupanya ada dokter Ani yang masih bisa menerima pasien. Namun karena sudah siang, kami enggak bisa menggunakan BPJS (jatahnya sudah habis). Jadi kami menggunakan jalur umum. Walaupun begitu, untuk kuretnya bisa menggunakan BPJS kok. Surat rujukannya langsung dari dokter Ani. Iya, jadi surat rujukan yang dari Puskesmas enggak terpakai.

Nah, karena antrian kamar di Al-Islam sangat panjang, kami memutuskan untuk pindah ke RSIA Humana Prima. Seminggu kemudian, saya datang lagi ke Puskesmas, menjelaskan bahwa kamar di RS Al-Islam sedang penuh, dan meminta untuk dibuatkan surat rujukan baru untuk RSIA Humana Prima. Jadi nomor suratnya tetap sama, hanya berbeda rumah sakit tujuannya saja. Simpel.

Selanjutnya, saya diperiksa oleh dokter Selvie di RSIA Humana Prima dengan memanfaatkan BPJS menggunakan surat rujukan dari Puskesmas. Begitupun ketika daftar untuk kuret, masih menggunakan surat tersebut. Alhamdulillah lancar. Enggak ada perbedaan pelayanan tuh antara pasien yang menggunakan jalur umum dan jalur BPJS.

Pukul sepuluh pagi, ketika tiba di rumah sakit, saya mulai puasa dan diinfus. Oiya sekalian diambil darah juga untuk dicek. Meskipun sedang puasa, saya tetap mendapatkan jatah makan siang. Karena mempunyai riwayat alergi obat, maka pukul satu siang saya dites alergi obat antibiotik dulu di kulit tangan. Duh, perih banget. Tapi untungnya enggak alergi. Jadi saya pun langsung diberi suntikan obat antibiotik. Waktu itu saya belum dapat kamar, jadi menumpang di ruang tindakan dulu. Deg-degan deh.


Baru pada pukul dua siang, saya dipindahkan ke kamar rawat inap. Untuk kelas 1, satu kamar berisi dua pasien. Ketika saya tiba, sudah ada pasien yang pagi harinya baru selesai melahirkan. Kami pun bertukar pengalaman. Saya berbagi pengalaman bedah sesar ketika melahirkan Jav, dan dia berbagi pengalaman kuret pada kehamilan sebelumnya. Jadinya saya bisa sedikit merasa lebih santai. Apalagi sambil menonton Uttaran juga, hihihi....

Pukul lima sore, saya dipindahkan lagi ke ruang tindakan untuk persiapan kuret pukul setengah enam sore. Setelah buang air dan berganti pakaian, saya diberikan suntikan obat antinyeri dan antimual. Duh, perih banget waktu disuntik obat antinyeri. Beberapa menit kemudian dokter pun tiba. Ada dokter kandungan dan dokter anestesi. Dokter anestesi langsung memberikan suntikan obat bius total. Katanya sih saya sadar terus, jadi dosisnya ditambah lagi.

Pukul tujuh malam, saya mulai sadar. Alhamdulillah, kuretnya sudah selesai. Tapi rasanya mata ini berat sekali, jadi saya tidur lagi. Baru pada pukul sembilan malam, saya bisa benar-benar bangun. Lalu saya pun kembali dipindahkan ke kamar rawat inap. Ternyata mata, bibir, dan wajah saya bengkak parah, heuheu.... Enggak apa-apa deh, bisa bangun lagi aja saya sudah bersyukur banget. Karena enggak pusing, seharusnya saya bisa pulang malam itu juga. Namun gara-gara alergi itu, saya harus menginap dulu semalam.

Malam yang seru, karena pasien di sebelah saya sibuk dengan bayinya yang bangun dan menangis setiap jam. Saya jadi ikut merasakan punya bayi lagi, hihihi.... Keesokan paginya, setelah sarapan dan mengurus administrasi, saya pun bisa pulang. Saya dan suami enggak perlu mengeluarkan biaya apapun, semuanya sudah ditanggung oleh BPJS :)

Nah, yang membuat saya puas dengan RSIA Humana Prima ini, selain bisa menggunakan BPJS tanpa proses yang ribet, juga karena rumah sakit ini Pro ASI.

Jadi, ketika menginap, di tengah malam itu saya mendengar pasangan di kasur sebelah mulai putus asa dan khawatir melihat bayinya yang terlihat kehausan karena sejak lahir belum diberi apapun, baik ASI maupun susu formula. Ketika mereka akhirnya meminta sufor pada suster, suster menjawab bahwa prosedur untuk pemberian sufor sangat panjang, orang tua harus menandatangi surat pernyataan bermaterai terlebih dahulu.

Beberapa saat kemudian, datang petugas dari klinik anak. Beliau menjelaskan panjang lebar bahwa kalau ibu belum bisa menyusui bayi dengan posisi duduk karena perutnya masih sakit karena sesar, ibu bisa menyusui dengan posisi tidur. Walaupun ASI-nya belum keluar, sebenarnya bayi kuat kok tidak menyusu sampai tiga hari. Asalkan payudara ibu terus dirangsang, disedot secara rutin oleh bayi. Persis seperti yang saya jelaskan siang harinya ;)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 854

Trending Articles